Saat si kecil sakit

| 2 komentar |

Sekitar jam 19.30 WIB, aku beri anaku yang kecil parasetamol + antibiotik. Badannya panas.., Aku sebenarnya sangat-sangat khawatir kalau anak lagi kurang sehat, selalu begitu. Apalagi saat situasi sendiri, karena suami piket malam. Seandainya bisa ingin rasanya memindah penyakit itu ke tubuhku, biar aku saja yang sakit dan anaku bebas ceria bermain. Tetapi itu tak mungkin.
Selang beberapa waktu, panasnya mulai turun. rasa khawatir agak berkurang sedikit, cuma sedikit. Masalahnya suhu badannya tidak rata, telapak tangan dan kakinya dingin, sementara badannya masih deman. Menurut informasi teman-teman, keadaan tersebut perlu diwaspadai, takutnya terjadi kejang, aduuh bagamana ini... Akupun ambil kaos kaki, aku kenakan pelan-pelan supaya tidurnya tidak terganggu.
Tubuhnya yang kurus aku dekap, ada harapan panas dari tubuhnya sedikit-sedikit pindah ke tubuhku..., aku pernah diajari kerabat berdasarkan pengalamannya saat anaknya sakit.
Menjelang jam 24.00 WIB, Suhu tubuh anakku kembali naik.., aku serba salah... Dikompres, dia tidak mau, akhirnya aku bujuk dia untuk minum obat lagi. Satu hal yang membuatku lega, meskipun ia masih kecil tapi masalah minum obat tidak menjadi masalah, setiap ia merasa badannya kurang sehat, ia selalu berinisiatif minta obat, kelihatannya ia sangat yakin dengan minum obat segala rasa tidak enak yang ia rasakan segera pergi.
Seperti waktu sore, paska minum obat membuat suhu tubuhnya kembali turun, akupun bisa terlena cukup lama, sampai aku tersadar kalau anaku ngompol. Semoga ini tanda-tanda kesembuhan untuknya.

Pagi aku putuskan anaku tidak usah sekolah, tidak apalah..lagipula pelajaran di TK kebanyakan masih bermain bersama. Aku titip pesan sama anaku yang besar untuk memberitahu bu guru, Kebetulan kedua anaku bersekolah di satu yayasan dengan lokasi yang sama antara TK dan SD.
Aku coba tanya apa yang ia rasakan, kepalanya katanya masih pusing. Saat situasi seperti itu aku selalu bimbang, berangkat kerja apa nunggu anak di rumah, semua sama2 berat. Di satu sisi sebagai ibu tidak tega meninggalkan anak yang sedang sakit, di sisi lain sebagai karyawati aku juga punya kewijaban untuk berangkat kerja. Kadang aku berpikir , itu suatu resiko apabila seorang ibu berkarir. Setelah aku pertimbangkan masak-masak, aku putuskan tetap berangkat, anak aku percayakan kepada pengasuh yang sudah merawat sejak bayi. Khan masih ada telphon, aku masih bisa memantau keadaanya dari kantor.

Seperti yang sudah aku rencanakan, berapa jam sekali aku telphone rumah, Kondisinya masih sama.., suhu tubuhnya belum normal.. duuh gimana yaa.
Yaah mohon maaf semuanya..., lama-lama aku tak tega, aku putuskan untuk pulang sebelum jam kerja usai, semoga semua bisa memaklumi..

LEER MÁS...

K a r t i n i

| 0 komentar |

Bulan April selalu mengingatkan kita pada seorang tokoh wanita Pahlawan Pergerakan Nasional Indonesia yaitu Raden Ajeng Kartini . Beliau dilahirkan di Jepara tanggal 21 April 1879. Sosok wanita bersahaja , namun perkasa dalam memperjuangkan emansipasi wanita. Jiwanya gelisah melihat kenyataan disekitarnya, dimana wanita menjadi kaum yang terpinggirkan. Kaum wanita hanyalah “konco wingking” dengan batas tembok yang terlalu tinggi untuk mereka bisa melangkah keluar mengembangkan sayap aktifitas dan kreatifitas, mengembangkan potensi serta ide-idenya. Apalagi dilingkungan masyarakat Jawa saat itu dimana strata masyarakat masih sangat kental.

Dibalik sosok sederhana Kartini, angan- anganya mampu menembus ruang dan waktu. Ia menjalin persahabatan dengan wanita Eropa, sesuatu yang luar biasa untuk masa itu. Angan-anganya menembus jauh ke depan, ia ingin suatu saat kaum wanita mampu mengeksplore segala potensi yang dimilikinya yang selama ini hanya terkubur. Untuk itu semua, satu-satunya yang diperlukan adalah : Perubahan. Ya, wanita harus berubah, wanita harus dientaskan dari kebodohan, betapa tidak ? wanita pada dasarnya adalah guru pertama bagi putra-putri yang dilahirkannya. Wanita juga harus mempunyai ketrampilan, wanita harus diberi hak-hak yang sama untuk mengembangkan dirinya.,

Berkat kepeloporan Raden Ajeng Kartini dalam membuka pintu gerbang emansipasi wanita, saat ini telah tumbuh Kartini-Kartini baru yang telah mampu mempersembahkan karya-karya terbaik di berbagai bidang untuk Bangsa tercinta ini : Indonesia. Meskipun saat ini masih ada tersisa kisah-kisah pilu dimana kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dengan korban wanita.

Selamat atas keberhasilan perjuangan Emansipasi Wanita. Emansipasi wanita dengan tetap pada koridor Wanita sebagaimana kodratnya. Karena sejak awal diciptakan, pada dasarnya wanita adalah rekan pria untuk saling melengkapi. Sebagaimana indahnya makna puisi yang telah begitu lama diciptakan :

A woman

"Be very careful if you make a woman cry,
because God counts her tears.
The woman came out of the man's ribs.
Not from his feed to be walked on.
Not from his head to be superior,
but from the side to be equel.
Uncer the arms to be protected.
and next to the heart to be loved."

writtern in the Hebrew Talmud.

Selamat Hari Kartini…

Banjarnegara, April 2009


LEER MÁS...

| 0 komentar |

Dorothy Law Nolte, PHD

“ Children Learn What They Live”

Bila anak hidup di bawah kritik tajam dan selalu dicela,
ia belajar menghakimi dan menuduh.
Bila anak selalu hidup dalam permusuhan,
ia belajar jadi tukang berkelahi.
Bila anak selalu diejek,
ia belajar jadi pemalu.
Bila anak selalu dipermalukan,
ia belajar merasa bersalah.

Sebaliknya….

Bila anak hidup dalam toleransi,
ia belajar bersabar
Bila anak selalu idiberi dorongan,
ia belajar percaya diri
Bila anak selalu dihargai dan hidup dalam pujian,
ia belajar untuk menghargai
Bila anak diperlakukan semestinya,
ia belajar jadi adil
Bila anak hidup dalam kebijaksanaan,
ia belajar menegakkan keadilan.
Bila anak selalu dibenarkan,
ia belajar mencintai dirinya
Bila anak selalu diterima dengan hati terbuka,
dalam persahabatan dankeakraban,
ia belajar memberi kedamaian dalam dunia.




LEER MÁS...

| 0 komentar |


"You Raise Me Up"

When I am down and, oh my soul, so weary;
When troubles come and my heart burdened be;
Then, I am still and wait here in the silence,
Until you come and sit awhile with me.

You raise me up, so I can stand on mountains;
You raise me up, to walk on stormy seas;
I am strong, when I am on your shoulders;
You raise me up... To more than I can be.

You raise me up, so I can stand on mountains;
You raise me up, to walk on stormy seas;
I am strong, when I am on your shoulders;
You raise me up... To more than I can be.

There is no life - no life without its hunger;
Each restless heart beats so imperfectly;
But when you come and I am filled with wonder,
Sometimes, I think I glimpse eternity.

You raise me up, so I can stand on mountains;
You raise me up, to walk on stormy seas;
I am strong, when I am on your shoulders;
You raise me up... To more than I can be.

You raise me up, so I can stand on mountains;
You raise me up, to walk on stormy seas;
I am strong, when I am on your shoulders;
You raise me up... To more than I can be.

You raise me up... To more than I can be.

JOSH GROBAN
PhotobucketPhotobucketPhotobucket



LEER MÁS...